Pemicu kanker pada anak belum diketahui. Namun, diduga akibat penyimpangan pertumbuhan sel dikarenakan ada cacat gen. Selain itu, ada juga pengaruh lingkungan.
Pada seminar awam tentang Kanker Anak dan Kanker Serviks di RSIA Evasari, Sabtu (22/6), di Jakarta, Guru Besar Divisi Hematologi-Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Djajadiman Gatot mengungkapkan, pada bayi maupun anak kecil gejala kanker sulit diketahui karena mereka tidak bisa menceritakan keluhannya.
Kanker yang umum dijumpai pada anak ialah kanker darah (leukemia), tumor otak, kanker mata (retinoblastoma), kanker kelenjar getah bening (limfoma), kanker saraf (neuroblastoma), kanker ginjal, kanker jaringan otot (rabdomiosarkoma), dan kanker tulang.
Kanker pada anak bisa diobati dan potensial disembuhkan terutama bila diidentifikasi sejak dini dan tahapan pengobatan diikuti hingga tuntas. Tapi, umumnya pasien datang ke dokter setelah kanker menyebar luas dan tahapan pengobatan tidak dijalani sampai selesai.
Ada beberapa cara mengobati kanker, yaitu dengan operasi, kemoterapi, radiologi, dan transplantasi sumsum tulang. Kemoterapi adalah pengobatan tunggal untuk leukemia dan limfoma. Kemoterapi juga dilakukan untuk mengecilkan tumor sebelum operasi dan sesudah operasi untuk membasmi sel tumor.
”Masih banyak orangtua pasien yang keberatan anaknya menjalani kemoterapi karena mendapatkan informasi yang salah menyangkut efek samping. Padahal, dokter sedapat mungkin meminimalkan efek samping. Kemoterapi masih menjadi tumpuan pengobatan kanker di dunia internasional,” ujar Djajadiman.
Djajadiman memaparkan, apabila anak menunjukkan gejala pucat, lesu, dan lemah, demam yang tidak jelas sebabnya, nyeri pada tulang, kelenjar getah bening bengkak, dan perut bengkak wajib diwaspadai menderita leukemia.
Apabila muncul gejala sakit kepala disertai mual sampai muntah menyemprot, penurunan kesadaran, gangguan berbicara, atau keseimbangan, kelumpuhan, atau kejang harus diwaspadai anak menderita tumor otak.
Direktur RSIA Evasari, Dini Handayani, menerangkan, kanker yang paling banyak diderita pasien anak di tempatnya adalah leukemia. Pengelola rumah sakit membuat ruang pelayanan untuk pasien imunitas rendah. Ruang itu dan ruang perawatan intensif bayi baru lahir menjadi layanan andalan RS itu.
Pada seminar awam tentang Kanker Anak dan Kanker Serviks di RSIA Evasari, Sabtu (22/6), di Jakarta, Guru Besar Divisi Hematologi-Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Djajadiman Gatot mengungkapkan, pada bayi maupun anak kecil gejala kanker sulit diketahui karena mereka tidak bisa menceritakan keluhannya.
Kanker yang umum dijumpai pada anak ialah kanker darah (leukemia), tumor otak, kanker mata (retinoblastoma), kanker kelenjar getah bening (limfoma), kanker saraf (neuroblastoma), kanker ginjal, kanker jaringan otot (rabdomiosarkoma), dan kanker tulang.
Kanker pada anak bisa diobati dan potensial disembuhkan terutama bila diidentifikasi sejak dini dan tahapan pengobatan diikuti hingga tuntas. Tapi, umumnya pasien datang ke dokter setelah kanker menyebar luas dan tahapan pengobatan tidak dijalani sampai selesai.
Ada beberapa cara mengobati kanker, yaitu dengan operasi, kemoterapi, radiologi, dan transplantasi sumsum tulang. Kemoterapi adalah pengobatan tunggal untuk leukemia dan limfoma. Kemoterapi juga dilakukan untuk mengecilkan tumor sebelum operasi dan sesudah operasi untuk membasmi sel tumor.
”Masih banyak orangtua pasien yang keberatan anaknya menjalani kemoterapi karena mendapatkan informasi yang salah menyangkut efek samping. Padahal, dokter sedapat mungkin meminimalkan efek samping. Kemoterapi masih menjadi tumpuan pengobatan kanker di dunia internasional,” ujar Djajadiman.
Djajadiman memaparkan, apabila anak menunjukkan gejala pucat, lesu, dan lemah, demam yang tidak jelas sebabnya, nyeri pada tulang, kelenjar getah bening bengkak, dan perut bengkak wajib diwaspadai menderita leukemia.
Apabila muncul gejala sakit kepala disertai mual sampai muntah menyemprot, penurunan kesadaran, gangguan berbicara, atau keseimbangan, kelumpuhan, atau kejang harus diwaspadai anak menderita tumor otak.
Direktur RSIA Evasari, Dini Handayani, menerangkan, kanker yang paling banyak diderita pasien anak di tempatnya adalah leukemia. Pengelola rumah sakit membuat ruang pelayanan untuk pasien imunitas rendah. Ruang itu dan ruang perawatan intensif bayi baru lahir menjadi layanan andalan RS itu.
sumber: health.kompas.com
Posting Komentar